Cpx24.com CPM Program

Pemancangan Kelapa Sawit

Pemancangan Kelapa Sawit

Jarak tanam tergantung dari jenis/tipe tanah dan jenis bibit. Rekomendasi beberapa institusi penghasil benih mengenai pola tanam umumnya 136 pokok/ha (9,2 m x 9,2 m x 9,2 m) untuk tanah mineral dan 150 pokok/ha (8,8 m x 8,8 m x 8,8 m) untuk tanah gambut.

Pemancangan dimaksudkan untuk memberikan tanda-tanda guna pembuatan lubang tanam sesuai dengan jarak tanam yang telah direncanakan. Selain itu, pemancangan juga digunakan sebagai pedoman untuk pembuatan jalan, parit, teras/tapak kuda, dan penanaman kacang-kacangan penutup tanah.

Bahan dan alat yang diperlukan untuk melakukan pemancangan berupa kompas, kayu pancang (pancang induk dan anak pancang), parang, meteran, tali rami/sling besi untuk jarak antar tanaman dan jarak antar baris tanaman. Setiap tim pancang terdiri atas 5 orang, yaitu 1 orang tukang teropong, 2 orang tukang pancang, dan 2 orang tukang tarik tali.

a. Pancangan pada lahan datar

·        Tentukan garis pancang utama. Garis pancang utama ini biasanya merupakan kelanjutan dari pemancangan sebelumnya.

·         Areal yang akan dipancang dibagi menjadi blok-blok dan diberi tanda sementara
pancang sudut.

·     Tentukan jalur pancang kepala dengan sudut yang tepat (900) terhadap garis pancang utama. Garis pancang kepala blok harus sejajar dengan jalan produksi.

·         Beri tanda titik tanam sepanjang garis pancang kepala.

·        Tali ditarik dengan membentuk sudut 600 antara titik-titik pada garis pancang kepala blok dengan titik-titik pada garis pancang kepala utama. Titik-titik diantaranya diberi tanda dengan pancang.

·         Sekali satu bagian areal telah dipancang, selanjutnya bagian ini dijadikan acuan untuk pemancangan pada blok tersebut. Tentukan titik tanam dengan menggunakan kawat yang telah diberi tanda jarak tanam.

·         Beri tanda tengah-tengah calon jalan produksi dengan pancang merah. Jalan produksi ini mengorbankan satu titik tanam setiap 2 baris tanam.


b. Pemancangan pada lahan miring

Dengan melihat aspek pengawetan lahan dan air, sebenarnya tidak dianjurkan untuk
menanam kelapa sawit pada areal berbukit yang sudut kemiringannya tidak sesuai dengan persyaratan. Namun, oleh karena lahan yang tersedia untuk ekstensifikasi semakin lama semakin berkurang, penanaman kelapa sawit pada areal berbukit tampaknya akan merupakan hal yang wajar diusahakan, sejalan dengan praktik pengawetan lahan dan air dengan teknik pembuatan teras bersambung maupun teras individu.

Walaupun pembuatan teras bersambung menyebabkan tingkat kesuburan tanah
berkurang, ada beberapa aspek menguntungkan yang harus diperhitungkan dalam
memutuskan pembuatan teras, yaitu sebagai berikut:

·         Pembuatan teras akan mengurangi bahaya erosi. sekaligus juga mengawetkan air sehingga relatif tersedia bagi tanaman. Adapun penanaman secara langsung di daerah berbukit akan menimbulkan masalah erosi yang serius.

·         Penanaman kelapa sawit dan pekerjaan perawatan rutin lainnya menjadi lebih mudah sehingga prestasi kerja akan meningkat dan biaya produksi dapat ditekan.

·         Pada saat tanaman sudah menghasilkan, pekerjaan panen dan mengeluarkan TBS dari dalam blok akan lebih mudah. Pada areal yang tidak ada terasnya, buah yang dipanen akan menggelundung ke bawah bukit sehingga kualitas TBS cenderung akan menurun karena meningkatnya kadar kotoran.

·         Lebih sedikit buah yang hilang-terutama sekali brondolan-pada kelapa sawit yang ditanam pada teras.

OIeh karena pekerjaan panen lebih mudah maka prestasi kerja pemanen akan meningkat dan biaya panen akan lebih murah dari pada biaya panen di daerah berbukit
Labels:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTING YANG SERING DIBACA