Jabon (Anthocephalus cadamba)
termasuk dalam family Rubiaceae dan dikenal dengan nama local Jabon,
Kelampayan, Kawak (Indonesia); Jabun, Hanja, Kelampean (Jawa); Galupai,
Harapean, Johan, Kiuna, Serebunaik (Kalimantan); Bance, Pute, Loeraa, Pontua,
Sugemania, Pekaung, Tao (Sulawesi); Gumpayan, Kelapan, Mugawe, Sencari, (NTB);
Aparabire, Masarambi, (Papua); dan Kadam (Perancis dan India).
A.
Tempat Tumbuh
Jabon merupakan salah satu jenis
pohon pertukangan yang termasuk fast growing sehingga dapat dipanen dalam
jangka waktu relative singkat. Jenis ini merupakan jenis pionir yang memerlukan
cahaya dan dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 – 1000 meter dpl tetapi
ketinggian optimal yang menunjang produktifitasnya adalah kurang dari 500 meter
dpl dengan curah hujan lebih dari 1500 mm/tahun. Menurut beberapa tulisan tentang
Jabon, dikatakan bahwa Jabon dapat tumbuh pada wilayah tanah alluvial lembab
dipinggir sungai dan didaerah peralihan antara tanah rawa, namun tidak terlalu
bagus pertumbuhannya didaerah yang terlalu sering tergenang air.
B.
Batang dan Tajuk
Jabon merupakan jenis kayu daun lebar
ringan dengan sifat kayu keras, berwarna putih krem hingga kekuningan, kelas
awet V dan kelas kuat III-IV. Jenis pohon ini mempunyai lingkar batang sebesar
40-50 cm dengan bebas cabang mencapai 60% dari tinggi pohon pada umur 5 sampai
6 tahun. Pohon jabon mempunyai kemampuan pemangkasan alami yang tinggi sehingga
batangnya bisa tumbuh dengan bebas dan tinggi.
Pohon jabon mampu mencapai tinggi 45
m dengan diameter mencapai 100 cm. Batangnya tidak berbanir dengan warna kulit
kelabu dan memiliki alur memanjang bulat panjang. Percabangan terjadi pada
puncak dengan bentuk cabang yang relative mendatar, tajuk lebar berbentuk bulat
mendatar.
C.
Daun, Bunga dan Buah
Menurut Mansur et al (2010), daun
Jabon merupakan daun tunggal, bertangkai panjang 1,5 – 4 cm dengan helaian daun
agak besar (panjang 15 – 30 cm dan lebar 7 – 8 cm). Permukaan daun tidak
berbulu atau kadang-kadang disebelah bawah pada tulang daun terdapat rambut
halus yang udah lepas dan bertulang daun sekunder jelas (10 – 12 pasang).
Bentuk daun jabon oval dan elips dengan arah daun saling berhadapan.
Bunga jabon berbau harum lembut,
bunga kepala berukuran besar (4,5 – 6 cm), lidah daun kelopak letaknya tegak,
berdaging pada ujungnya berbulu. Daun mahkota pada bunga jabon seluruhnya tidak
berbulu. Bunga jabon berbentuk bulat, gemuk dan berwarna jingga. Penyerbukan
terjadi pada awal pagi hari.
Pohon jabon berbuah setiap tahun pada
bulan Januari – Juni, dan akan masak pada bulan Maret – Juni. Buahnya merupakan
buah majemuk berbentuk bulat (diameter 4,5 – 6 cm) dan lunak, memiliki banyak
ruang-ruang biji yang mengandung biji yang sangat kecil. Jumlah biji kering
udara 18 – 26 juta butir/kg. Jumlah buah 33 butir per kg atau 320 butir /
kaleng minyak tanah. Buah yang berukuran sedang dapat menghasilkan sekitar
8.300 pohon. Biji yang telah dikeringkan dan disimpan pada temapat yang
tertutup rapat dalam ruang yang sejuk dapat tahan selama 1 tahun.
D.
Kegunaan
Kayu jabon dapat digunakan sebagai
bahan meubeler/furniture, peti buah, cetakan beton, mainan anak-anak,
kelom (sandal kayu), pulp dan korek api. Namun dalam usaha pertukangan, kayu
jabon hanya cocok digunakan sebagai elemen kontruksi ringan seperti rusuk pada
atap dan daun jendela, bahan plywood (kayu lapis), batang korek api, potlot,
finir, alas sepatu, papan, peti, tripleks, bisa juga buat bahan kertas kelas
sedang, dan lainnya. Kayunya juga gampang dikeringkan, permukaannya halus,
kayunya gampang dipaku, dib or dan di lem, susutnya juga rendah.
I.
TEKNIK PEMBIBITAN
Perbanyakan Jabon
dapat dilakukan secara generative (biji) ataupun vegetative (stek).
A.
Pembibitan Generatif
1.
Penanganan Benih
§
Pemanenan Buah Jabon :
Pemanenan
buah jabon dilakukan dengan cara mengumpulkan buah yang jatuh dilantai hutan
karena jika dipetik dari pohon langsung buahnya belum terlalu masak secara
fisik fisiologis. Jabon merupakan jenis yang berbuah sepanjang tahun dan tipe
buah berdaging. Dari bunga sampai dengan buah masak memerlukan waktu 2-3 bulan.
Buah masak dicirikan dengan berwarna kuning dan langsung jatuh kelantai hutan.
Ekstraksi
benih Jabon dapat dilakukan melalui ekstraksi basah dan ekstraksi kering.
a.
Ekstraksi Basah
§
Buah yang sudah terkumpul lalu
direndam dengan air selama semalam atau sampai buah lunak.
§
Kemudian remas-remas
buahnya hingga menjadi bubur, tambahkan air secukupnya lalu disaring.
§
Keringkan benih dengan cara
dijemur dibawah matahari sampai kering (jika panas benih dijemur selama ± 1
jam).
§
Benih yang dihasilkan
adalah benih yang bercangkang, benih dapat disimpan maksimal 2 (dua) bulan.
b.
Ekstraksi Kering
§
Buah yang sudah terkumpul
dicacah menjadi ukuran kecil dan tipis agar mudah kering. Kemudian dijemur
selama 2 hari sampai kering. Akan tetapi proses penjemuran jangan terlalu lama
karena dapat menurunkan daya kecambah benih.
§
Cacahan buah jabon yang
sudah kering ditumbuk halus.
§
Serbuk daging buah yang
mengandung biji kemudian disaring dengan menggunakan saringan.
§
Biiji hasil penyaringan
dapat disimpan selama kurang lebih setahun. Hanya saja kemurnian benih dengan
eksktraksi kering dapat berkurang 50% karena tercampur dengan serbuk dari
daging buah.
2.
Menyemai Benih
§
Proses benaburan /
penyemaian benih jabon :
§
Campur benih dengan pasir halus
dengan perbandingan 1 : 2 lalu tabur benih pada bedeng tabur yang sudah diisi
dengan media tanah top soil dicampur pasir dengan perbandingan 1 : 1 yang telah
diseterilkan dengan cara disangrai. Media disimpan ditempat yang ternaungi
(sungkup).
§
Setelah benih ditabur tutup
bak tabur dengan plastik transparan
§
Setelah penyiraman pertama,
penyiraman selanjutnya dilakukan pada hari ke 7 sampai ke 10
§
Setelah periode tersebut,
plastik dibuka dan dilanjutkan dengan penyiraman setiap hari sekali dengan
sprayer yang halus selama kurang lebih 1 bulan.
§
Apabila benih terserang
penyakit (jamur), dapat dicegah dengan pemberian fungisida Dithane M-45 (2
g/liter air).
§
Benih jabon akan
berkecambah setelah berumur 2 – 3 Minggu dibedeng tabur dan kecambah siap sapih
setelah berumur 1½ - 2 bulan atau setelah muncul > 4 daun.
§
Siapkan media sapih berupa
tanah top soil yang dicampur pasir dan diayak. Lalu dimasukkan kedalam polibag
berukuran 10 x 15 cm.
§
Susun polibag pada bedeng
sapih yang ternaungi.
§
Sapih semai dengan cara
mencongkel media tabur.
§
Setelah dicongkel masukkan
semai kedalam polibag kedalam yang sudah tersusun dibedeng sapih.
§
Simpan bibit yang sudah
disapih ditempat ternaungi selama 15 hari.
B.
Pembibitan Vegetatif
1.
Pengambilan stek
§
Pilih stek pucuk dari
ranting dan trubusan yang sudah berkayu dan dalam kondisi dorman, karena pucuk
yang masih muda (sukulen) mengandung kadar air yang tinggi yang berarti laju
transpirasinya tinggi sehingga kemungkinan bahan stek layu dan mati juga
tinggi.
§
Potong pucuk tanaman dengan
gunting atau pisau tajam dengan kemiringan 45o sepanjang rata-rata 6
-7 cm dan minimum memiliki 2 mata tunas.
§
Untuk mencegah batang layu,
rendam potongan stek dalam air bersih.
§
Potong sebagian helaian
daun dan sisakan sekitar sepertiganya untuk mengurangi penguapan.
§
Lalu tanam bahan stek pada
media tanam yang sudah disiapkan didalam sungkup.
2.
Menanam stek
§
Siapkan media tanam stek
dengan menggunakan campuran tanah top soil dan kotoran ayam petelur dengan
perbandingan 2 : 1.
§
Masukkan media kedalam
polibag berikuran 10 x 15 cm lalu susun polibag pada bedeng sapih.
§
Kemudian siram media sapih
stek sampai jenuh.
§
Untuk pertumbuhannya stek
jabon memerlukan kondisi yang lembab sehingga jika tidak hujan maka perlu
disiram dua (satu) kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
§
Jika tanpa perlakuan maka
akar stek akan tumbuh setelah 1½ bulan dan bibit siap tanam setelah berumur 3½
bulan.
C.
Memelihara Bibit di
persemaian
Baik bibit yang berasal dari
perbanyakan generatif maupun vegetative memerlukan pemeliharaan selama
dipersemaian. Untuk bibit jabon generatif dilakukan penyulaman, penyiraman
rutin pagi dan sore hari, pemupukan setelah bibit berumur 2 minggu sampai 3 bulan
dengan menggunakan pupuk NPK cair (5 g/ liter air), pemotongan akar, dan
pengaturan kembali bibit di bedeng sapih. Bibit jabon dapat dipindahkan
kelapangan setelah berumur 3 – 5 bulan.
Untuk bibit jabon yang berasal dari
perbanyakan stek dilakukan penyiraman rutin pagi dan sore hari, pembersihan
rumput yang tumbuh disekitar media penanaman dan penyemprotan fungsida apabila
dijumpai gejala terserang jamur.
II.
TEKNIK PENANAMAN
A.
Kriteria bibit yang baik
Keberhasilan penanaman dan hasil yang
memuaskan, ketersediaan bibit jabon yang berkualitas baik sangat diperlukan.
Bibit yang dipilih haruslah memiliki mutu genetic dan fisik – fisiologis yang
baik. Menurut Mansyur et al (2010), kriteria bibit yang baik adalah :
B.
Penanaman Bibit
Penanaman bibit jabon tidak
memerlukan persiapan lahan khusus apabila lahan tersebut sudah digunakan untuk
budidaya tanaman pertanian, sehingga bibit dapat ditanam disela tanaman
pertanian yang sudah ada. Hanya saja untuk memberikan ruang pada tanaman jabon
untuk mendapatkan cukup cahaya matahari, maka diperlukan pemangkasan daun dan
batang pada tanaman lain tersebut. Juga dilakukan pembersihan gulma agar
tanaman jabon dapat bebas mendapatkan unsure hara, air, cahaya dan ruang.
Jarak tanam bibit dapat dapat
ditentukan berdasarkan tujuan penanaman dan kondisi kesuburan lahan. Untuk
tujuan menghasilkan kayu pertukangan, maka bibit jabon sebaiknya ditanam
ditempat terbuka dengan jarak tanam lebih lebar (minimum 3 x 3 meter). Namun
bila ditanam dengan sistem tumpang sari, jabon dapat ditanam dengan jarak
tanam 4 x 4 meter, 5 x 5 meter, atau 6 x
6 meter.
C.
Pemeliharaan Bibit di
Lapangan
§ Penyulaman
Penyulaman perlu
dilakukan apabila bibit jabon yang ditanam ada yang mengalami kematian,
pertumbuhan lambat atau pertumbuhan abnormal. Penyulaman dilakukan paling
lambat 1 – 2 bulan setelah penanaman.
§ Pemupukan
Pemupukan
dilakukan bertujuan untuk mempercepat waktu panen dan meningkatkan produksi dan
diprioritaskan pada tanaman yang pertumbuhannya tertinggal. Bibit jabon dipupuk
beberapa kali yaitu saat penanaman dengan menggunakan NPK (50g/tanaman), setiap
6 bulan sekali dengan pupuk Urea (50g/tanaman), dan dilakukan pemupukan
lanjutan pada awal dan akhir musim hujan (100-200g/tanaman).
§ Penyiangan
Kegiatan
penyiangan yaitu pembuangan gulma dilakukan sampai tanaman jabon berumur 1
tahun. Kegiatan ini dapat dilakukan secara manual (pembabatan) 3 bulan sekali
atau dengan aplikasi herbisida dengan dosis 100 ml/10 lt air.
§ Pemangkasan
Pemangkasan cabang
dilakukan dengan memotong cabang menggunakan gunting stek dengan menyisakan 10
cm dari pangkal cabang. Biasanya paling awal dilakukan pada saat tanaman
berumur 1 tahun.
§ Pemberantasan hama dan penyakit
Hama yang
menyerang bibit jabon yaitu ulat daun, semut, bekicot dan rayap, sedangkan
penyakit yang menyerangnya yaitu karat daun, busuk akar, cendawan merah dan dumping
off. Untuk pencegahan penularan hama dan penyakit di pembibitan dilakukan
pemisahan bibit yang terserang hama dan penyakit ketempat lain.
§ Penjarangan
Yaitu kegiatan
pengurangan jumlah pohon per hektar untuk memberikan ruang tumbuh bagi pohon
yang ditinggalkan, membuang pohon yang sakit, penampakannya buruk dan
pohon-pohon yang pertumbuhannya tertekan (kurang dari 2/3 rata-rata tinggi
pohon yang ada). Penjarangan pertama dapat dilakukan pada umur 3 tahun setelah
penanaman.
III.
ANALISIS USAHA
PEMBIBITAN JABON
A.
Biaya
Jabon memang merupakan salah satu
jenis tanaman hutan yang belakangan ini sangat diminati untuk diproduksi
mengingat pertumbuhannya yang cepat, mudah dikembangkan dan bernilai ekonomis
tinggi. Namun, analisis usaha pembibitan ini tetap harus diperhitungkan dengan
cermat agar mendapatkan hasil produksi jabon yang sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk produksi bibit jabon yang dilakukan sendiri, berikut komponen biaya yang
diperlukan :
Komponen
|
Tahun ke-1 (Rp)
|
Tahun ke-2 (Rp)
|
Biaya
Investasi
|
||
Sewa lahan
350 m2
|
350.000
|
350.000
|
Polybag
|
1.200.000
|
1.200.000
|
Paranet
|
1.000.000
|
-
|
Bambu
|
200.000
|
-
|
Paku 1 kg
|
15.000
|
-
|
Sub
Total
|
2.765.000
|
1.550.000
|
Biaya
Operasional
|
||
Media :
|
||
Kompos 2
ton
|
2.000.000
|
2.000.000
|
Tanah 4 ton
|
2.000.000
|
2.000.000
|
Benih Jabon
100 gram
|
250.000
|
250.000
|
Pestisida
|
250.000
|
250.000
|
Pengadaan
Peralatan
|
250.000
|
-
|
Sub
Total
|
4.750.000
|
4.500.000
|
Biaya
Tenaga Kerja
|
||
Penyiapan
Lahan dan Bedeng
|
1.500.000
|
-
|
Pengisian
Media
|
1.800.000
|
1.800.000
|
Penyapihan
|
600.000
|
600.000
|
Pemeliharaan
|
900.000
|
900.000
|
Sub
Total
|
4.800.000
|
3.300.000
|
Total
Biaya
|
12.315.000
|
9.350.000
|
Komponen biaya diatas didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut :
1.
Produksi bibit dilakukan
hanya sekali dalam setahun. Jumlah bibit yang diproduksi sebanyak 20.000 batang
+ 20% untuk penyulaman sehingga total bibit yang harus diproduksi adalah sebanyak
24.000 batang
2.
Lahan yang diperlukan untuk
persemaian yang dapat menampung bibit sejumlah 24.000 batang adalah 350 m2
dengan asumsi bahwa :
§
Untuk setiap 500 bibit
dapat ditampung pada 1 bedeng berukuran 5m x 1m (24.000/500 = 48 bedeng; 48
bedeng x 5 m2 /bedeng = 240 m2). Sehingga kebutuhan lahan
untuk bedeng saja adalah seluas 240 m2.
§
Dari total lahan yang
dibutuhkan, luas bedeng adalah 70% dari luasan persemaian keseluruhan dan 30%
sisanya adalah untuk jalan antar bedeng, parit dan lain-lain, sehingga luas
lahan yang dibutuhkan adalah (100/70 x 240 m2 = 342 m2).
Untuk member cukup keleluasaan bagi kita bekerja maka perlu disediakan lahan
seluas 350 m2.
3.
Paranet yang dibutuhkan
untuk luasan tersebut adalah sebanyak 1 gulung dengan ukuran 2 m x 30 m.
4.
Dibutuhkan pula bambu
sebanyak 40 batang untuk tiang paranet dan pembatas bedeng.
5.
Berat media yang diperlukan
adalah 6.000 kg dengan asumsi ukuran yang digunakan 15 m x 20 m dengan media/
polybag seberat 250 gram. Jika perbandingan kompos dan tanah adalah 1 : 2 maka
dibutuhkan kompos seberat 2.000 kg dan tanah 4.000 kg.
6.
Tidak diperlukan gaji
pengelola persemaian karena diasumsikan untuk persemaian dengan luasan kecil
segala pekerjaan ditangani oleh pemilik persemaian sendiri.
7.
Pada tahun ke-2 terdapat
banyak penghematan biaya produksi.
8.
Harga jual bibit adalah Rp.
1. 750/batang.
B.
Pendapatan dan Keuntungan
Kurang lebih 5 bulan setelah
pembibitan berjalan, bibit sudah bisa dipanen dan dijual. Pendapatan dari hasil
pembibitan diperoleh dan hasil penjualan, sementara keuntungan diperoleh dari
selisih antara hasil penjualan dan biaya produksi. Berikut perhitungan
pendapatan dan keuntangan usaha pembibitan Jabon :
§ Pendapatan tahun ke – 1
= jumlah bibit
yang diproduksi tahun ke – 1 x harga jual bibit
= 20.000 bibit x Rp.
1. 750,00
= Rp.
35.000.000,00
§ Pendapatan tahun ke – 2
= jumlah bibit
yang diproduksi tahun ke – 2 x harga jual bibit
= 20.000 bibit x
Rp. 1.750,00
= Rp.
35.000.000,00
§ Keuntungan tahun ke – 1
= pendapatan tahun
ke – 1 – biaya total
= Rp. 35.000.000,00
– Rp. 12.315.000,00
= Rp.
22.685.000,00
§ Keuntungan tahun ke – 2
= pendapatan tahun
ke – 2 – biaya total
= Rp.
35.000.000,00 – Rp. 9.350.000,00
= Rp.
25.650.000,00
C.
Analisa Usaha
a.
Rasio Pendapatan dan Biaya
(Benefit Cost Ratio : B/C)
Benefit cost (B/C)
ratio merupakan nilai perbandingan antara hasil penjualan dengan biaya
operasional.
B/C = Total Pendapatan
Total Biaya
= Rp. 35.000.000,00
Rp. 12.315.000,00
= 2, 84
Artinya, dari
biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 35.000.000,00 akan diperoleh hasil penjualan
sebesar 2,84 kali lipat, sehingga sangat layak untuk diusahakan.
b.
Break Even Point (BEP) atau
Titik Impas
Untuk menghitung
BEP suatu usaha, ada kriteria yang dapat digunakan, yaitu BEP biaya produksi
dan BEP harga produksi.
-
BEP biaya produksi
merupakan perbandingan antara total biaya produksi bibit dengan harga jual
bibit.
BEP biaya produksi =
Total Biaya
Harga Jual
=
Rp. 12.315.000,00
Rp. 1.750,00
=
Rp. 7.037
Artinya, titik balik modal usaha produksi bibit jabon
apabila jumlah produksinya mencapai : 7.037 batang bibit.
-
BEP harga produksi
merupakan perbandingan antara total biaya produksi dengan total produksi.
BEP Harga Produksi = total biaya
Jumlah Produksi
=
Rp. 12.315.000,00
24.000 bibit
=
Rp. 513,00
Artinya, titik balik modal usaha produksi bibit jabon
apabila harga produksi mencapai Rp. 513,00/batang.
Dari perhitungan
di atas, dapat disimpulkan bahwa usaha pembibitan tanaman hutan jabon mempunyai
prospek yang menjanjikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar